TEBU
TRANSGENIK TAHAN KEKERINGAN DAN BERENDEMEN TINGGI
Penulis : Priyo Dwi Siswanto
Sumber : Universitas Jember
http://evilgenius.student.unej.ac.id/
Indonesia
akan mulai menjajaki pengembangan tanaman transgenik pada 2013. Dimulia dengan
tanaman tebu. “Paling cepat, tanaman transgenik yang akan hadir di Indonesia
adalah tebu tahan kering. Itu sudah secara resmi disetujui oleh pemerintah
Indonesia melalui Kementerian Pertanian,” kata Direktur Indonesia Biotechnology
Information Center (IndoBIC) Dr. Bambang Purwantara di Jakarta, Senin (14/3).
Tanaman yang akan diusahakan terlebih dahulu ialah tebu tahan kekeringan,
jagung tahan hama, dan padi bervitamin A yang disebut beras emas (golden rice).
Untuk tanaman
tebu tersebut, sampelnya sudah lolos uji coba keamanan berdasarkan pertimbangan
Komisi Keamanan Hayati Produk Rekayasa Genetik (KKH PRG) Indonesia. Tahun ini,
tebu transgenik tersebut sedang diuji keamanan hayati. Tahun depan direncanakan
menjalani uji varietas. Dengan kata lain, pada 2013, tebu transgenik tahan
kering ini sudah bisa diimplementasikan di lahan-lahan tebu Tanah Air. “Tebu
akan menjadi produk transgenik paling cepat yang diluncurkan pada 2013, disusul
jagung dan golden rice pada 2014,” lanjut Bambang yang juga Anggota Keamanan
Hayati dan Keamanan Pangan Produk Hasil Rekayasa Genetika (GM).
Tebu
transgenik tersebut mengandung gen betA. Gen beA ini merupakan hasil isolasi
bakteri E. Coli (Gram negatif yang biasa dijumpai dalam usus organisme berdarah
hangat) atau R. Meliloti (Gram-negatif penambat nitrogen) yang menyandi protein
choline dehydrogenase (CHD) enzim yang mengkatalis konversi choline menjadi
betaine aldehyde. Pemasukan gen inilah yang menjadikan tebu menjadi tahan
terhadap kekeringan.
Tanaman tebu
memproduksi serbuk sari yang viabel dalam jumlah yang terbatas. Pada umumnya
tebu dipanen sebelum tanaman berbunga. Kompatibilitas genetik tanaman tebu
dengan kerabat liarnya sangat rendah. Oleh karena itu, kecil dampak yang
mungkin ditimbulkan oleh tebu transgenic terhadap kerabat liarnya dan tanaman
lainya sebagai akibat dari transfer gen. Tanaman tebu disebarkan ke lingkungan
oleh manusia secara vegetatif pada areal tertentu dan kecil kemungkinannya
menyebar sendiri melalui penyebaran biji, sehingga kecil kemungkinan dampak
yang ditimbulkan karena penyebaran tebu transgenik secara alami.
Tanaman tebu
transgenik toleran kekeringan dibudidayakan di Indonesia pada lahan tertentu
(lahan kering). Tanaman tebu sulit menyerbuk silang sehingga risiko untuk
menyerbuk silang kecil. Viabilitas benihnya rendah. Selain itu, Indonesia bukan
tempat asal tebu. Sifat baru (novel) tidak akan ditransfer ke daerah atau
lingkungan yang tidak dikelola (unmanaged environment).
Tidak ada
data yang menyebutkan keberhasilan persilangan alami antara tanaman tebu dengan
kerabat dekatnya, seperti disebutkan di Australia oleh Daniel & Roach
(1987). Walaupun tebu mempunyai kerabat liar, tetapi kerabat liar tebu tidak
diketemukan di sekitar kebun tebu (khususnya di Jawa) sehingga tidak ditemukan
terjadinya persilangan. Penelitian sitogenetika telah membuktikan penyerbukan
silang yang melibatkan spesies yang berbeda dan dengan kemungkinan jumlah dan
struktur kromosom yang berbeda tidak bisa bertahan hidup dengan sempurna.
Ada lima
negara berkembang sudah menggunakan tanaman biotek ini di Asia ada dua seperti
Cina dan India, dua di Amerika Latin yakni Brazil dan Argentina dan satu di
Afrika yaitu Afrika Selatan. Sementara itu 30 negara mengimpor produk tanaman
biotek untuk digunakan pangan. Pada dasarnya prinsip pemuliaan tanaman, baik
yang modern melalui penyinaran untuk menghasilkan mutasi maupun pemuliaan
tradisional sejak zaman Mendel, adalah sama, yakni pertukaran materi genetik.
Baik seleksi tanaman secara konvensional maupun rekayasa genetika, keduanya
memanipulasi struktur genetika tanaman untuk mendapatkan kombinasi sifat
keturunan (unggul) yang diinginkan.
Bedanya, pada
zaman Mendel, kode genetik belum terungkap. Proses pemuliaan dilakukan dengan
”mata tertutup” sehingga sifat-sifat yang tidak diinginkan kembali bermunculan
di samping sifat yang diharapkan. Cara konvensional tidak mempunyai ketelitian
pemindahan gen. Sedangkan pada new biotechnology pemindahan gen dapat dilakukan
lebih presisi dengan bantuan bakteri, khususnya sekarang dengan dikembangkannya
metode-metode DNA rekombinan. Apa yang ingin dilakukan oleh para ahli genetika
ialah memasukkan gen-gen spesifik tunggal ke dalam varietas-varietas tanaman
yang bermanfaat. Hal ini akan meliputi dua langkah pokok. Pertama, memperoleh
gen-gen tertentu dalam bentuk murni dan dalam jumlah yang berguna. Kedua,
menciptakan cara-cara untuk memasukkan gen-gen tersebut ke kromosom-kromosom
tanaman, sehingga mereka dapat berfungsi.Langkah yang pertama bukan lagi
menjadi masalah.
Dengan teknik
DNA rekombinan sekarang, ada kemungkinan untuk menumbuhkan setiap segmen dari
setiap DNA pada bakteri. Tidak mudah untuk mengidentifikasi segmen khusus yang
bersangkutan di antara koleksi klon. Khususnya untuk mengidentifikasi segmen
tertentu yang bersangkutan di antara koleksi klon, apalagi untuk
mengidentifikasi gen-gen yang berpengaruh pada sifat-sifat seperti hasil
produksi tanaman. Langkah kedua, memasukkan kembali gen-gen klon ke dalam
tanaman juga bukan sesuatu yang mudah. Peneliti menggunakan bakteri Agrobacterium
yang dapat menginfeksi tumbuhan dengan lengkungan kecil DNA yang disebut
plasmid Ti yang kemudian menempatkan diri sendiri ke dalam kromosom tumbuhan.
Agrobacterium
merupakan vektor yang siap pakai. Tambahkan saja beberapa gen ke plasmid,
oleskan pada sehelai daun, tunggu sampai infeksi terjadi, setelah itu tumbuhkan
sebuah tumbuhan baru dari sel-sel daun tadi. Selanjutnya tumbuhan itu akan
mewariskan gen baru kepada benih-benihnya. Rekayasa genetika pada tanaman tumbuh
lebih cepat dibandingkan dunia kedokteran. Alasan pertama karena tumbuhan
mempunyai sifat totipotensi (setiap potongan organ tumbuhan dapat menjadi
tumbuhan yang sempurna). Hal ini tidak dapat terjadi pada hewan, kita tidak
dapat menumbuhkan seekor tikus dari potongan kepala atau ekornya. Alasan kedua
karena petani merupakan potensi besar bagi varietas-varietas baru yang lebih
unggul, sehingga mengundang para pebisnis untuk masuk ke area ini.
Nama : Ari Murti Ahmadi
BalasHapus'NIM : 13388
Golongan : B3
Kelompok : 6
a. Adakah nilai penyuluhan
• Sumber Teknologi / ide
Memanfaatkan rekayasa genetika dalam penemuan varietas tebu.
• Sasaran
Sasaran yang dituju adalah petani khususnya petani tebu di lahan minim irigasi atau lahan kering
• Manfaat
Memberi informasi (fungsi sosialisasi) adanay veritas tebu yang tahan terhadapa lahan kering
• Nilai Pendidikan
Rekayasa genetika dapat dimanfaatkan untuk inovasi pertanian dalam penemuan varietas-varietas terbaru
b. Sebutkan dan Jelaskan nilai berita yang terkandung dalam artikel
• Timeline
Bukan merupakan berita baru, tetapi belum terlalu basi. Karena pemanfaatan rekayasi genetika terhadap pertanian baru dilakukan pada akhir abad 20 dan hanya di negara-negara maju
• Proximity
Keberadaan benih atau bibit sangat penting bagi para petani, sehingga adanya varietas-varietas terbaru sangatlah dekat secara fisik maupun nonfisik
• Importance
Memberi informasi kepada petani bahwa ada varietas tebu terbaru (sosialisasi)
• Policy
Selaras dengan kebijakan pemerintah untuk peningkatan produksi gula
• Human Interest
Dapat meningkatkan pendapatan petani karena hasil produksi tebu meningkat